Archive for November 2013

River Dike dan Desalinasi, alternatif Giant Sea Wall   Leave a comment

      Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menyatakan bahwa pembangunan bendungan raksasa (Giant Sea Wall) yang rencana awal akan dilaksanakan pada tahun 2020 di utara laut Jakarta akan dilaksanakan pada tahun 2014. Pembangunan tanggul laut raksasa tersebut merupakan proyek pencegah banjir rob atau banjir karena air pasang laut dan proyek pencegah penurunan tanah di utara Jakarta. Proyek yang ditaksir membutuhkan biaya sebesar 280 triliun tersebut dilaksanakan karena kondisi DKI Jakarta yang memprihatikan karena permasalahan banjir dan penurunan permukaan tanah di daerah utara Jakarta.[1]

Gambar 

Gambar 1. Peta Lokasi Rencana Pembangunan Giant Sea Wall

      Menurut Muslim Muin, Ketua Kelompok Keahlian Teknik Kelautan ITB, proyek pembangunan tanggul raksasa bukan merupakan solusi permasalahan banjir dan penurunan permukaan tanah di Jakarta. Menurut beliau, pembangunan Giant Sea Wall yang membutuhkan biaya mahal serta biaya operasional yang belum terhitung tersebut justru dapat memperparah banjir di Jakarta, merusak lingkungan laut teluk Jakarta, mempercepat pendangkalan sungai, mengancam sektor perikanan lokal, serta menimbulkan permasalahan sosial. Menurut beliau, proyek Giant Sea Wall harus dikaji ulang. Beliau mengusulkan alternatif lain untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu River Dike. River Dike versi beliau adalah pembuatan tanggul sepanjang pantai pada daerah yang mengalami penurunan tanah atau subsidence dan mempertinggi tanggul sungai. Menurut beliau, langkah perancangan tanggul adalah dengan menancapkan tiang-tiang terlebih dahulu sehingga konstruksi tanggul tetap kuat dan tanggul akan tetap berdiri walaupun terjadi penurunan tanah. Selain itu menurut beliau rancangan River Dike membutuhkan biaya yang tidak mahal dan tidak menutup fasilitas yang ada.[3]

      Salah satu masalah yang membuat pemerintah DKI Jakarta untuk segera melaksanakan pembangunan Giant Sea Wall adalah masalah penurunan permukaan tanah di daerah utara Jakarta. Masalah penurunan permukaan tanah tidak hanya dialami kota Jakarta tetapi kota-kota pantai di seluruh dunia. Beberapa kota pantai di dunia berhasil menangani penurunan permukaan air tanah melalui penanganan yang cepat dan sistematis seperti kota Tokyo, Jepang, dan kota New York, Amerika Serikat, dengan mengeluarkan kebijakan larangan pengambilan air tanah. Pengambilan air tanah di Jakarta dapat tidak terjadi bila Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jakarta dapat menyediakan persediaan air yang memadai. Walaupun pengambilan air tanah dapat berhenti, proses penurunan tanah tidak langsung dapat berhenti. Tanah harus mencari titik kesetimbangan agar kondisi tanah dapat kembali normal. Penyediaan air bersih atau air minum untuk warga DKI Jakarta tidak mudah dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Selain masalah biaya, usaha penyediaan air bersih tersebut dapat berbenturan dengan kepentingan lain.[2]

      Tanggul raksasa dapat dibangun bila kota Jakarta bebas dari masalah intrusi air laut dan masalah ketersediaan air bersih untuk warga Jakarta.[2] Oleh karena itu, hal yang mendesak dan penting untuk dilakukan adalah penyediaan air bersih bagi warga Jakarta, terutama warga Jakarta yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Menurut Lambok M. Hutasoit, ahli hidrogeologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, penggunaan air bawah tanah harus dikurangi dan lebih baik bila dihentikan secara total. Selain itu menurut beliau, kebutuhan air bersih bagi masyarakat dan industri harus disediakan oleh PDAM. Beliau mengusulkan agar PDAM fokus menyediakan air untuk masyarakat kelas bawah. Kelompok menengah ke atas, industri, hotel, dan apartemen dapat menggunakan sumber air laut yang dapat diolah menjadi air bersih melalui proses desalinasi.[4] Desalinasi adalah proses untuk menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi makhluk hidup.[5] Biaya produksi melalui proses desalinasi memang tidak murah namun menggunakan teknologi yang sederhana. Beliau menambahkan bahwa jika penggunaan teknologi desalinasi dilakukan secara massal dan dalam skala yang besar, maka harga air yang dihasilkan melalui teknologi desalinasi dapat menjadi tidak mahal.[4]

Gambar 

Gambar 2. Contoh Proses Desalinasi

Sumber:

[1] http://finance.detik.com/read/2013/04/15/084125/2220074/4/jokowi-tahun-depan-giant-sea-wall-dibangun

[2] http://www.jakarta.go.id/web/news/2011/10/tanggul-raksasa

[3] http://www.itb.ac.id/news/3918.xhtml

[4] http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/30/09483791/twitter.com

[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Desalinasi

 

 

Suprapto

10211103

Fisika – 2011

Posted November 23, 2013 by prapsky in Uncategorized

Tagged with , ,